Kedua, pemimpin sesuai sila ke-2 pancasila, bukan pemimpin yang rasa kemanusiannya liberal seperti membolehkan kawin sesama jenis, melindungi banci, dan berekspresi sebebas-bebasnya, melainkan pemimpin yang rasa kemanusiaannya adil dan beradab, bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya sehingga Indonesia bermartabat.
Ketiga, pemimpin sesuai sila ke-3 pancasila, pemimpin yang membuat Indonesia bersatu. Sejarahnya ketika umat Islam memimpin bangsa ini, Indonesia tetap bersatu sampai sekarang. Kalau Indonesia yang mayoritas umat Islam dipimpin oleh kafir, bisa berantakan Indonesia ini.
Keempat, pemimpin sesuai sila ke-4 pancasila, pemimpin yang punya hikmah atau punya ilmu yang bermanfaat dan membuatnya beramal shalih.
Kelima, pemimpin sesuai sila ke-5 pancasila, pemimpin yang adil kepada seluruh masyarakat Indonesia, artinya yang tidak mementingkan kelompoknya atau partainya saja.
Selain menghadapi banyaknya pilihan, umat Islam juga dihantui dengan pandangan yang tidak membolehkannya untuk memilih pemimpin sesuai cara pandang Islam.
“Umat Islam yang memilih pemimpin dengan tidak menggunakan cara pandang Islam, artinya dia pensiun jadi Islam, kalau pensiun jadi Islam berarti dia jahiliyah atau kafir,” tegas Bachtiar Nasir saat menyampaikan khutbah berjudul “Menyikapi Tahun Politik 2014 Sebagai Seorang Muslim”, Jum’at, (21/3) di Masjid Islamic Center Tebet.
“Allah sudah ingatkan di dalam Al-Quran, jika dia memilih pemimpin yang kafir atau munafik, maka dia pasti tidak akan mendapat pertolongan Allah,” tambahnya.
ayoo Sebarkan . . . . . .
Post a Comment Blogger Facebook
Post a Comment