Dilansir dari Al-Jazeera pada Rabu dini hari waktu Timur Tengah (28/09), Selasa kemarin pihak tempat tinggal sakit terbuktigil anak buah keluarga Peres sebab kondisi kesehatan mantan PM itu merosot tajam.
Sementara penerusnya, Benjamin Netanyahu serta Presiden Israel Reuven Rivlin sudah mengunjunginya tetapi dirinya dalam kondisi koma.
Peres sudah menjabat posisi strategis, tergolong presiden pemerintah serta Departemen Pertahanan sebelum ia menjadi presiden. Ia juga pernah menjadi pemimpiin Partai Buruh. Perez adalah keliru satu penggagas berdirinya Negeri penjajah Israel di wilayah Palestina.
Peres ambil tahap dalam proyek pemukiman Yahudi di wilayah-wilayah jajahan di Palestina, yang menyebabkan ribuan warga Palestina semakinir. Dirinya juga disebut-sebut bertanggung jawab atas pembantaian di Lebanon pada 1996 silam.
Meski begitu, Barat menganggapnya sebagai warung h mayapada pendukung perdamaian. Dirinya diberi Pemberian Nobel Perdamaian pada tahun 1994 bersama mantan presiden Palestina Yasser Arafat serta Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Demikian juga yang diwartakan oleh media Nasional, Kompas.
Dalam kabar yang ditulis pada 28 September 2016, KOMPAS menyebut Peres sebagai pejuang perdamaian Palestina. Silahkan baca link ini: Shimon Peres, Pejuang Perdamaian Palestina-Israel sampai Akhir Hayat.
Beberapa tasumsi timbul dari Netizen Muslim.
Seorang pemakai Facebook bernama Andy Windiarto menuliskan mengenai seluk beluk peres. Mengenai gimana kejahatannya kepada masyarakat Palestina.
Berikut tulisannya:
Dari tempat sampah mana gelar "Pejuang Perdamaian Palestina-Israel sampai Akhir Hayat" ini KOMPAS pungut?
Peres lahir di zaman moderen Belarus pada 1923. Ia bersama dengan keluarganya pindah ke Palestina pada 1930. Sebagai seorang remaja, ia bergabung dengan Haganan, milisi yang bertanggung jawab untuk pembersihan etnis di wilayah-wilayah desa Palestina pada 1947 sampai 1949.
Organisasi yang bernama Rights for All di Swiss 2011 lalu mendaftarkan gugatan ke Kejaksaan Agung Swiss serta menuntut penahanan Peres atas kejahatan-kejahatan perang yang diperbuat Zionis pada penyerangannya ke Gaza pada penggantian tahun 2008 – 2009. Simon Peres adalah otak pembantaian Gaza saat Israel menginvasi Gaza pada tahun 2008-2009 yang dikenal dengan the Gaza Massacre (Pembantain Gaza) dimana Israel membombardir Gaza sampai korban terbunuh lebih dari 1.450 warga Palestina, tak sedikit dari mereka anak-anak serta perempuan, dalam perang selagi 22 hari dari 27 December 2008-18 Januari 2009.
Peres oleh tak sedikit pihak disebut juga “arsitek dari program senjata nuklir Israel” yang, serta sampe kali ini anehnya program nuklir israel semacam luput dari penglihatan dari Tubuh Energi Atom Internasional (IAEA).
Shimon Peres juga mempunyai peran dalam pencurian tanah massal serta pengusiran warga Palestina saat menjabat sebagai direktur jenderal kementerian perang. Pasal 125, umpama, mengizinkan pasukan Israel untuk menyebar di atas tanah Palestina serta mendeklarasikan zona militer tertutup. Saat itu, warga Palestina tak dapat mempunyai jalan masuk ke properti mereka. Israel menyita wilayah tersebut sebab lahan disana sangat subur.
Peres mengklaim pasal ini menjadi tutorial untuk “melanjutkan perjuangan untuk pemukiman serta imigrasi Yahudi dengan cara langsung”.
Selama masa jabatannya di tahun 70-an, berbagai permukiman di Tepi Barat dibangun, tergolong Ofra.Semboyan nya adalah: “Pemukiman di mana-mana.”
Tangan peres berlumuran darah, tergolong dari warga sipil Lebanon yang terbunuh dalam pembantaian selagi “Operasi Grapes of Wrath” pada tahun 1996. Lalu sebagai perdana menteri, ia memerintahkan operasi di mana 154 orang terbunuh di Libanon serta ratusan lainnya luka-luka.
Adegan mengerikan itu terjadi di suatu desa mini di Libanon selatan yang dikenal sebagai Qana. Pesawat-pesawat tempur Israel menyerang suatu rumit PBB serta menewaskan 106 warga sipil yang bersembunyi di sana.
Peres menyebutkan ia tak mempunyai penyesalan atas insiden tersebut.
“Semuanya diperbuat sesuai dengan logika yang jelas serta dengan cara bertanggung jawab,” katanya. “Aku di pihak perdamaian.”
PBB lalu menyebutkan bahwa agrasi itu tak mungkin kesalahan.
Peres dengan cara jahat mengfotokan masyarakat Palestina sebagai masayarakat yang menyakiti diri mereka sendiri serta seakan-akan tak ada penindas, Israel tak menzalimi mereka.
Ia menyebutkan, “Mereka mengorbankan diri mereka sendiri. Mereka adalah korban tak butuh dari kesalahan mereka sendiri”.
So, wahai KOMPAS yang mulia, dari tempat sampah mana gelar "Pejuang Perdamaian Palestina-Israel sampai Akhir Hayat" itu kau pungut?!?!
Apa kau coba menyuapi kita dengan sampah?!?!
(nisyi/jurnalmuslim.com)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment Blogger Facebook
Post a Comment