Syaikh Arsalan, keliru seorang komandan mujahidin yang dipercaya, bercerita, “Pesawat-pesawat tempur musuh datang serta menyerang markas kami. Para pilot pesawat tempur itu menghubungi pasukan tank serta para prajurit infantri Rusia serta berkata, ‘Majulah, kita telah memorakporandakan mereka serta membantai mereka.’ Tetapi mereka yang dihubungi di darat menjawab, ‘Kalian belum membantai mereka. Orang-orang Afghan itu adalah setan-setan. Mereka menyusup ke bawah tanah serta tidak mati.’ Jawaban tersebut tidak bisa diterima oleh pasukan udara.
Mereka kembali memerintah, ‘Majulah, kita telah menghancurkan markas mereka.’ Tank-tank itu akhirnya bergerak mendekati markas kami. Kita timbul dari parit pertahanan serta keluar menyambut kedatangan mereka dengan tembakan RPG. Kita sukses membakar berbagai tank mereka serta sebagian yang selamat lari menyelamatkan diri. Dengan kesal mereka yang selamat mengomeli pasukan udara yang memberbagi komando agresi kepada mujahidin, ‘Kami kan telah bilang bahwa orangorang Afghan itu tidak mati’.”
Sebab rasa takutnya kepada “Allahu Akbar”, mereka menyangka bahwa “Allahu Akbar” adalah keliru satu tipe roket. Lalu mereka mencari senjata penangkal roket Allahu Akbar. Di stasiun televisi Rusia, keliru seorang prajurit yang baru kembali dari Kabul diwawancarai. “Bagaimana keadaan kalian?” Maksudnya gimana keadaan pasukan Rusia di Kabul. Ia menjawab, “Ketika kita mendengar suara Allahu Akbar, kita terkencing di celana.”
Jangan dikira bahwa tentara Rusia hebat mundur pasukannya atas dasar kerelaan hati mereka. Mereka sebetulnya telah berupaya sekuat daya untuk masih bersi kukuh di Afghanistan, tetapi mereka tidak mampu. Mereka tidak mungkin masih tinggal. Mereka tidak mungkin masih bercokol kecuali kalau mereka sanggup menumbuhkan kehadiran singa di dalam hati setiap prajuritnya. Keadaan mereka sangat lemah.
Mental mereka tidak patuh. Ketika penarikan mundur pasukan Rusia, seorang panglimanya mengadakan agenda jumpa pers di daerah Tirmidz, di sepanjang perbatasan sungai Jihon. Tirmidz adalah negara kelahiran Imam At-Tirmidzy. Ia berkata, “Ini adalah hari yang telah kita tunggu-tunggu sejak berbagai tahun yang lalu.” Demikianlah keadaan (moral) panglima pasukan yang mundur dari medan perang, tapi semacam inikah keadaan (moral) panglima pasukan yang bertempur? Sesaat itu, Gorbachev sendiri telah mengakui bahwa intervensi mereka ke Afghanistan adalah sebuahkesalahan.
Penulis : Dhani El_Ashim (kiblat.net)
Diambil dari Tarbiyah Jihadiyah jilid 11 ciptaan syaikh Abdullah Azzam rahimahullah
Post a Comment Blogger Facebook
Post a Comment